Minggu, 08 November 2015

Alenia atau Paragraf

  • Jenis tulisan dalam laras ilmiah
BERSADARKAN RAGAMNYA
1. Faktawi
a. tulisan ilmiah
b. informatif/ilmiah populer
2. Khayali
BERDASARKAN KADAR KEILMIAHAN
1) Ilmiah murni
  •  Memiliki tujuan tertentu dan bersifat akademis.
  •  Jangkauan pembacanya terbatas pada kaum
ilmuwan/akademisi.
2) Ilmiah populer
 Konsumsi masyarakat umum
 Tema-tema yang diangkat yang mudah
dipahami secara umum, misalnya kesehatan,
kecantikan, politik, dsb.
JENIS-JENIS TULISAN ILMIAH MURNI
1. Makalah
  •  Makalah kerja
  •  Makalah tugas
  •  Makalah penelitian
2. Naskah publikasi
Berupa makalah yang sudah diperbaharui,
prosiding seminar, artikel ilmiah.
3. Laporan akhir dibuat untuk tujuan akademis

JENIS TULISAN INFORMATIF/ILMIAH POPULER
1. Esai
2. Tajuk Rencana
3. Opini
4. Feature
5. Resensi Buku
6. Ulasan
  • Eksposisi, figumentasi, Narasi, Deskriptif
A.  Narasi adalah menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang di ceritakan itu.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Jenis-jenis Karangan Narasi

a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
Contoh:
a. Narasi ekspositoris
       Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahma, sang pengantin….
Sumber : Tempo, 20 Februari 2005 dari alamat website www.scribd.com
b. Narasi sugestif
           Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal.
Contoh lain :
            Kemampuan apresiasi musik pada seorang anak dapat dibentuk melalui tiga cara. Pertama, secara alamiah seseorang dibiasakan mendengarkan karya musik. Kebiasaan itu dimulai sejak anak masih berupa janin dalam rahim ibunya. Persentuhan emosi sang ibu dengan berbagai irama yang didengarkan akan ikut dirasakan oleh janin. Besar kemungkinan akan terjadi respons motorik janin yang dirasakan oleh sang ibu. Kedua, sejak anak dilahirkan ia dibiasakan dengan berbagai irama musik yang mengiringnya pada saat menjelang tidur atau bermain. Alat pendengar anak menjadi peka menangkap berbagai irama dari instrumen musik yang didengarnya. Lambat-laun, seiring dengan pertumbuhan fisik dan kognisinya, musik akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak. Ketiga, apresiasi musik dikembangkan melalui pendidikan formal. Untuk itu, pendidikan musik diarahkan kepada pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan sikap kritis serta kreatif terhadap karya musik.


Contoh lain:
            Sepulang haji, satu-satunya benda berharga yang sempat di beli bu marsih yaitu sebuah kalung dan cincin. Pada saat tiba di tanah air ia simpan kalung dan cincin itu menjadi semacam tabungan baginya.Namun karena dia mempunyai usaha suatu ketika usahanya tersebut mengalami kerugian sampai-sampai uang modalnya pun termakan dan kalung,cincin tersebut di jualnya bu marsih pun sangat sedih.
B.   Deskripsi adalah menggambarkan sebuah objek sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang di gambarkan itu.

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
- Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
- Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
- Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
- Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
- Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
- Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Contoh:
Pada jumat kemaren terjadi pembunuhan seorang anak perempuan yang berumur 14 th. Setelah di selidiki oleh polisi ternyata anak tersebut korban dari pemerkosaan. Anak tersebut memiliki ciri-ciri perawakan langsimg ,tinggi,rambut lurus,dan memakai baju berwarna putih.
C.   Eksposisi adalah memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan sejelas-jelasnya dengan di kemukakan data-data,fakta untuk memperjelas pemaparannya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a. Memaparkan definisi (pengertian).
b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.
Contoh:
Paragraph 1 (a)
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
Paragraph 2 (b)
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melaluin latihan atau belajar sungguh-sungguh.
D.   Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
      Argumentasi bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca menyakini kebenarannya itu.perlu pembuktian dan data

Ciri-ciri karangan argumentasi:
- Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
- Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
- Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.
Contoh :
       Sungai yang sudah tercemar oleh limbah pabrik berbahaya bagi kesehatan,air tersebut tidak dapat lagi di pakai untuk mandi karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti gatal,diare dan penyakit kulit apalagi air tersebut untuk di
minum oleh karena itu pemerintah kota jakarta menganjurkan agar pabrik berusaha mengamankan limbahnya sehingga tidak mencemari dan merugikan penduduk.
E.  Paragraf persuasif adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Persuasi bertujuan untuk membujuk orang secara halus atau membuktikan suatu pendapat

Contoh :
        Marilah kita biasakan hidup sehat di mulai dari hal yang paling kecil.,salah satunya membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun.oleh karena itu gunakanlah sabun untuk menghilangkan kuman. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun harus selalu di galakkan sebelum dan sesudah makan, sesudah memegang benda yang kotor dan setelah membuang air besar dan buang air kecil.
Dengan cara ini kita sudah melakukan salah satu langkah untuk mengurangi penularan penyakit
Sehingga mendapat kesimpulan perbedaan  paragraf- paragraf sebagai berikut
Eksposisi
Deskripsi
Persuasi
Narasi
Argumentasi
Eksposisi adalah paparan/penjelasan
Deskripsi adalah
 gambaran
Persuasi adalah bujukan
Narasi adalah cerita
Argumentasi adalah pendapat  yang disertai fakta
Berisikan suatu informasi
Berisikan gambaran suatu benda
Berisikan bujukan
Berisikan kejadian atau peristiwa
Berisikan suatu pendapat
  • Syarat Pembentukan Paragraf
1.      Kesatuan
Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
2.      Kepaduan
Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
  • Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya dll
  • Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, meskipun dll
  • Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya dll
  • Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi dll
  • Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, kemudian dll
  • Hubungan yang menyatakan singkatan, misal:  ringkasnya, misalnya, yakni, sesungguhnya dll
  • Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, dekat, di seberang dll
3.      Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.
Letak Kalimat Topik dalam Sebuah Paragraf
Sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu.
Pengembangan Paragraf.
Salah satu cara berlatih mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraf dahulu sebelum menulis paragraf itu.
Secara ringkas, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas sehingga memerlukan penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga, dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail/ perincian-perincian yang tepat. Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraf.
Paragraf  Berdasarkan Teknik Pengembangannya
1.      Secara Alamiah
Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek/kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu:
– urutan ruang (spasial), membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dan sebagainya;
– urutan waktu (kronologis), menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2.      Klimaks dan Antiklimaks
Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
3.      Umum – Khusus & Khusus – Umum (deduktif & induktif)
Cara pengungkapan paragraf yang paling banyak digunakan adalah cara deduktif dan induktif. Berikut ini secara urut akan disajikan contoh paragraf yang dikembangkan dengan cara deduktif dan induktif.
  • Kalimat Topik dan Peletakannya
 Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan tulis hampir tidak berbeda. Dalam mengemukakan pendapat diperlukan rumusan ide pokok yang jelas dan ide pendukung yang memadai. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik. Untuk itu ikutilah tahap-tahap cara mengemukakan pendapat secara tertulis berikut ini.

 Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.

Kalimat Topik = Topik + Pembatas

Topik merupakan kata atau frasa kunci yang berisi pokok pembicaraan yang dikembangkan dalam paragraf. Biasanya, topik itu mencakup masalah yang sangat luas. Oleh sebab itu, topik perlu dibatasi. Tanpa dibatasi, topik tidak mungkin dapat diterangkan dengan hanya satu paragraf. Oleh sebab itu, pembatas dalam kalimat topik sangat diperlukan. Dalam paragraf pembatas berfungsi untuk pemersempit cakupan topik. Topik yang telah dibatasi itu dinamakan kalimat topik. 

Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf. Pola menempatkan kalimat topik di awal paragraf ini merupakan cara pengungkapan gagasan secara deduktif. Artinya, ide yang penting (pokok) ditempatkan di awal dan diikuti oleh penjelas. Letak kalimat topik di awal dapat mempermudah pembaca dalam menemukan ide pokok paragraf. Letak kalimat topik yang demikian itu membantu dalam membaca jenis skimming, skipping, dan scanning. Contoh
Jakarta adalah kota keras. Penodong merajalela. Teman saya dari Malang ditodong di depan pertokoan. Dengan tiba-tiba tiga orang sudah mengelilinginya. Saku celananya dibedah begitu saja. Dengan sekali tarik di bagian saku, semua uang tunai dan travelers cheque-nya terbang. Ia pulang ke hotel dengan celana bedah. Tahun lalu, seorang tentara kena todong juga di dalam bus kota yang terkenal angker itu. Ia dengan tenang mencabut–bukan dompet–pistol dan menembak penodong itu tanpa ampun. Masyarakat menyanjungnya sebagai pahlawan. Tetapi, toh ia harus berhadapan dengan polisi.
Paragraf di atas, kalimat topiknya diletakkan di awal paragraf. Kemudian disusul dengan beberapa kalimat penjelas yang berupa contoh atau bukti-bukti yang mendukung kalimat topik. Paragraf yang kalimat topiknya diletakkan pada awal paragraf dan diikuti oleh pendukung topik dinamakan paragraf deduktif. Bila dianalisis, akan tampak seperti berikut.
Kalimat Topik: Jakarta adalah kota keras.
Bukti-bukti:
a) Teman dari Malang ditodong
b) Seorang tentara ditodong di bus kota.
Peletakan kalimat topik pada awal kalimat itu sangat menguntungkan para pembaca. Dengan cara seperti itu, pembaca dapat cepat menangkap ide sentral paragraf. Setelah itu, pembaca hanya mengikuti bukti-bukti yang memperkuatnya. 

Mengungkapkan Gagasan secara Induktif: Menempatkan Kalimat Topik di Akhir
Mengemukakan gagasan dapat diawali dengan contoh-contoh atau bukti. Contoh-contoh itu digunakan untuk memberikan gambaran awal dan kemudian diikuti oleh sebuah kalimat simpulan. Kalimat simpulan inilah yang disebut kalimat topik. Contoh
Di tengah malam buta itu, Alex tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya. Dia langsung menghajar istrinya, membanting jendela, dan membuat lubang-lubang di dinding rumahnya. Lalu dia rebah lagi dan langsung terlelap. Esoknya dia bangun seperti biasa, ramah pada istrinya seolah tak terjadi apa-apa tadi malam. Sang istri tentu saja terheran-heran. Mel Abel, 73 tahun, tampak lain lagi. Setiap hendak tidur, bekas pengusaha real estate itu lebih dulu mengikat dirinya di ranjang dengan sabuk pengaman. Ini perlu dilakukan, karena Abel selalu giat, walaupun dalam tidurnya. Ternyata, sabuk itu tidak menolong banyak, karena akhirnya Abel sering bisa melepas sabuk. Saat bangun pagi, dia menemukan istrinya gemetar di sampingnya, waswas melihat tingkahnya. Dan Abel, seperti biasa, tak paham apa yang sebenarnya terjadi. Itulah penyakit tidur aktif, yang banyak menyerang orang-orang berusia lanjut. (Diadaptasi dari Tempo, 6 Februari 1988)
Kalimat topik paragraf di atas diletakkan pada bagian akhir. Paragraf itu diawali dengan contoh-contoh yang berupa anekdot, kemudian diikuti dengan sebuah simpulan. Paragraf demikian disebut paragraf induktif. Paragraf induktif di atas dapat dianalisis sebagai berikut. Contoh
Contoh-contoh:
a) Kasus Alex
b) Kasus Mel Abel
Kalimat topik: Itulah penya kit “tidur aktif” yang sering banyak
menyerang orang-orang berusia lanjut.

Selain diletakkan di awal atau di akhir paragraf, kalimat topik dapat juga diletakkan di awal dan akhir secara bersama-sama seperti paragraf di bawah ini.
Kacang kedele merupakan bahan makanan yang tinggi kadar proteinnya. Menurut hasil penelitian ilmiah, protein yang dikandungnya mencapai 35% dari beratnya. Dibanding dengan kadar protein yang dikandung oleh bahan makanan lain kadar protein kedele dapat diperoleh perbandingan seperti berikut, yaitu dua kali protein daging, empat kali telur, empat kali gandum, lima atau enam kali roti, dan dua belas kali susu. Selain jumlah kadar proteinnya, protein kedelai mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya telah dikenal bahwa protein hewani seperti daging, susu, telor mempunyai protein lengkap, sebaliknya protein nabati dikenal tidak lengkap. Namun, ternyata protein kedele meskipun termasuk protein nabati, kualitasnya lebih mirip menggambarkan protein hewani. Jelasnya, kacang kedele mempunyai kadar protein yang tinggi dan kualitas protein yang lengkap. Jadi, kacang kedele itu merupakan bahan makanan yang baik.
Kalimat topik paragraf di atas diletakkan pada awal paragraf dan diulang pada akhir paragraf. Paragraf ini sering disebut paragraf deduktif-induktif (campuran).
  • Pola Pengembangan Paragraf
  Pola pengembangan paragar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah ;
1.    Pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah  paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat  khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf

2.    Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal yang khusus  ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraf induktif dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :

a.    Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang mempunyai harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak dicari karena harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari penggemar tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani dan gelombang cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua jenis anthurium  ikut diburu penggemar tanaman hias karena memiliki harga yang tinggi
b.    Analogi, Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya. Indahnya gelombang cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang yang dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga dengan gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk dinikmati. Dengan demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak pada gelombang yang dihasilkan
c.    Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga gelombang cinta juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta membuat orang ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin membudidayakan gelombang cinta.
d.    Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar took. Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk, ada yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran. Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di took itu sangat murah
3.    Pola Pengembangan Paragraf Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
4.    Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf.
5.    Pola pengembangan paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)

Contoh :
             Seminggu menjelang hari raya Idhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.


sumber : 1 2 3 4 5 6

Kalimat Efektif

  • Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:

Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur

Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh:

  • Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.       (Tidak efektif)
  • Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.              (Efekti)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.
Contoh:

  • Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.                       (Tidak Efekti)
  • Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.     (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:

  • Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.       (Tidak efektif)
  • Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif.          (Efektif)

C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:

Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.        (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.                                    (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:

Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.          (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku.                   (Efektif)


3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak

  • Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.    (Tidak efektif)
  • Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.                          (Efektif)

D. Kecermatan

Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:
  • Guru baru pergi ke ruang guru.            (Tidak efektif)
  • Guru yang baru pergi ke ruang guru.   (Efektif)

E. Ketegasan


Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat

Contoh:
  • Sudah saya baca buku itu.      (Tidak efektif)
  • Buku itu sudah saya baca.      (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.

Contoh:

Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.   (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.     (Efektif)

F. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:

  • Budi membicaran tentang pengalaman liburannya.   (Tidak efektif)
  • Budi membicarak pengalaman liburannya.                   (Efekti)

G. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:

  • Waktu dan tempat kami persilahkan!     (Tidak efektif)
  • Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.

Contoh-contoh kalimat efektif:

  1.     Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
  2.     Dia memakai baju merah.
  3.     Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  4.     Tugas itu bagi saya sangat mudah.
  5.     Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.
  6.     Saya sedang membuat nasi goreng.
  7.     Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan.
  • Kesalahan Kalimat
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:

1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:

· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

· Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
  • · Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:

I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
  • · Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Anak-anak sudah datang.

Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.

Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

6. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:

1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2. Kurang ekonomis pemakaian kata.

Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:

· membicarakan tentang transmigrasi

Seharusnya: membicarakan transmigrasi

· sudah pada tempatnya apabila

Seharusnya: sudah selayaknya apabila

· Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.

Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

3. Kurang logis susunan gagasannya.

Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:

Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

· Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.

· Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.

Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

5. Konstruksi yang bermakna ganda.

Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:

· Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.

Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:

Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

· Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:

Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.

Seharusnya:

Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.

· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Seharusnya:

Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Atau:

Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
  • Penalaran Kalimat
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :

INDUKTIF
       induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
  •     Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  •     Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  •     Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
  •     Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
  •     Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
  •     Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
  •     Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
  •     Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

CONTOH :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

DEDUKTIF

         deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.

Ciri Penalaran Deduktif
1. Letak kalimat utama di awal paragraf.
2. Diakhiri dengan penjelasan
3. Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus.

Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di Underlined, italic, dan bold, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
  • Kehematan atau Ekonomi
Yang dimaksud dengan unsur kehematan dalam kalimat efektif yaitu hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak diartikan harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria unsur kehematan yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.

2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang bermakna ‘banyak’.

Contoh:

– Karena ia tidak diundang, dia tidak datang.

            (kata Ia dibuang)

– Kapal itu berlabuh hari Senin kemarin.

             (kata hari dibuang)

– Sejak dari pagi mereka naik ke atas loteng.

             (kata dari dan atas dibuang)

– Beberapa teman-temannya diundang dalam pesta ulang tahunnya.

             (kata beberapa dibuang)

Kesatuan gagasan.

    Adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
 Contoh :
 -Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi penjelasan kepada pegawai baru.

Kelogisan.
   Adalah terdapatnya arti kaliamt yang logis atau masuk akal.
 Contoh :

 - Kepada ibu intha, waktu dan tempat kami persilakan.
  • Daftar Konjungsi Bahasa
Kata penghubung atau disebut juga konjungsi merupakan kata yang
antara kata, frasa, atau kalimat.

1. Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinatif
penghubung untuk menghubungkan dua atau lebih unsur kalimat yang setara kedudukannya

Contoh Konjungsi Koordinatif
penambahan: dan
pendampingan: serta
pemilihan: atau
perlawanan: sedangkan, padahal
pertentangan: tetapi, namun

  1. Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Koordinatif 
  2. Dedi dan Dodi sedang belajar bersama. 
  3. Angga serta adiknya rela bekerja untuk membantu ibunya. 
  4. Yudi bingung mau makan bakso atau soto. 
  5. Riswanto ingin membeli motor, sedangkan uangnya hanya cukup sehari-hari. 
  6. Adi ingin bermain ke rumah temannya, tetapi ibunya melarang.

2. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kata penghubung untuk menghubungkan untuk menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya tidak setara.

Contoh Konjungsi Subordinatif
tujuan: supaya, agar, biar
syarat: bila, jika, kalau, jikalau
waktu: sejak, ketika, saat, semenjak, sewaktu, selama, sesudah, setelah, sebelum, sampai, hingga
pengandaian: seandainya, seumpama, andaikan, umpamanya, sekiranya
alat: dengan, tanpa
hasil: sehingga, sampai, maka
sebab: karena, sebab, oleh karena, oleh sebab pembandingan: ibarat, seperti, seolah-olah, seakan-akan, daripada, sebagaimana, alih-alih, laksana
konsesif: walaupun, biarpun, sungguhpun, sekalipun
atributif: yang
komplementasi: bahwa
cara: dengan, tanpa
perbandingan: sama …dengan, lebih ... dari(pada)

Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Subordinatif
  1. Nia tidak ingin bangun terlambat agar tidak terlambat datang ke sekolah. 
  2. Reyhan sudah menjadi guru selama 10 tahun. 
  3. Ia tidak mau menuruti nasihat ibunya sehingga membuat ibunya marah. 
  4. Anita lebih baik menuruti nasihat ibunya daripada menuruti temannya. 
  5. Amir ingin memberi modal usaha kepada Riyadi karena ia ingin kepadanya.

3. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif
penghubung berupa kata yang berpasangan untuk menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya setara.

Contoh Konjungsi Korelatif
tidak hanya …, tetapi juga
baik … maupun
jangankan …, … pun
entah … entah
bukan hanya …, melainkan juga
apa(kah) … atau
sedemikian rupa … sehingga
demikian … sehingga
bukannya …, melainkan

Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Korelatif
  1. Ia tidak hanya terlibat dalam kasus korupsi, tetapi juga terlibat dalam kasus suap. 
  2. Entah benar entah tidak, ia mengklaim dirinya sebagai keturunan bangsawan. 
  3. Jangankan membeli sepeda motor, mobil pun sanggup ia beli. 
  4. Ia telah menutupi sedemikian rupa sehingga ia masih bebas berkeliaran. 
  5. Baik Andika maupun Karto, keduanya tidak ada yang mau mengaku.
  • Daftar Proposisi Bahasa
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat.
 
Kalimat proposisi tidak dapat digunakan pada kalimat-kalimat berikut:
1. Kalimat tanya, contoh : Mengapa kamu harus menyelesaikan kuliahmu dalam waktu 4 tahun?
2. Kalimat perintah, contoh : Tolong matikan lampu di ruangan ini!
3. Kalimat harapan, contoh : Semoga saya bisa lulus kuliah tepat waktu.
Kalimat proposisi dibagi menjadi 4 aspek yaitu berdasarkan bentuk, berdasarkan sifat, berdasarkan kualitas, dan berdasarkan pada kuantitas. Dari keempat aspek tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



1. Berdasarkan Bentuk

Ada 2 jenis proposisi berdasarkan bentuk yaitu:
a. Proposisi tunggal, yaitu proposisi yang terdiri atas 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Semua mahasiswa harus rajin belajar, Ani harus rajin belajar.
b. Proposisi jemuk, yaitu proposisi yang terdiri dari 2 predikat.
Contoh :Semua mahasiswa 3KA01 sedang belajar bahasa Indonesia dan menulis kalimat.
2. Berdasarkan Sifat
Ada 2 jenis proposisi berdasarkan sifat yaitu:
a. Proposisi Kategorial, adalah proposisi yang berhubungan antara subjek dan predikat tidak memerlukan
syarat apapun.
b. Proposisi Conditional, adalah proposisi yang hubungan subjek dan predikat memerlukan syarat tertentu.
Contoh : Seandainya saya menjadi dosen, saya akan mengajar dengan baik.
Proposisi Conditional dibagi 2 :
1. Hipotesis, adalah proposisi yang memerlukan syarat.
2. Disjunctive, adalah proposisi yang mengandung 2 pilihan.
Contoh : Gusdur itu budayawan atau ulama.
3. Berdasarkan kualitas
Ada 2 jenis proposisi berdasarkan kualitas yaitu:
a. Proposisi Afirmatif atau positif, adalah proposisi dimana ada kesesuaian antara subjek dan predikat.
Contoh : Semua dokter adalah orang pandai.
b. Proposisi Negatif, adalah tidak ada kesesuaian antara subjek dan predikat.
Contoh : Semua gajah adalah harimau.
4. Berdasarkan Kuantitas
Ada 2 jenis proposisi berdasarkan kuantitas yaitu:
a. Umum atau universal, contoh : Semua mahasiswa memiliki KTM.
b. Khusus atau spesifik, contoh : Sebagian mahasiswi Gunadarma menggunakan jilbab.

sumber : 1 2 3 4 5 6 7

Sabtu, 07 November 2015

Diksi atau Pilihan Kata

  • Pengertian Kosa kata
Menurut Soedjito (2009: 24) kosakata atau perbendaharaan kata diartikan sebagai:
1. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa
2.  Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis
3.  Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan
4.  Daftar  kata  yang  disusun  seperti  kamus  serta  penjelasan  secara singkat dan praktis
Sedangkan kosakata yang di ungkapkan oleh Richards, Platt dan Webber (1985) merupakan seperangkat leksem yang meliputi kata tunggal, kata majemuk, dan idiom. Sementara itu Valette (1977) mengemukkan bahwa kosakata adalah kata atau kelompok kata yang memiliki makna tertentu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kosakata  merupakan kata-kata yang memiliki suatu arti yang dimiliki oleh manusia untuk digunakan dalam berbahasa dan berkomunikasi.
  • Jenis Kata dalam Bahasa Indonesia
 Menurut Hurlock (1978: 187)  anak mempelajari dua jenis kosakata yakni kosakata umum dan kosakata khusus. Kosakata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda. Kosakata khusus terdiri atas kata arti spesifik yang hanya digunakan pada situasi tertentu. Hurlock (1978: 188) mengemukakan jenis-jenis kosakata, yaitu:
  1.  Kosakata umum dari kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan.
    • Kata benda. Kata yang pertama digunakan oleh anak adalah kata benda, umumnya yang bersuku kata satu yang diambil dari bunyi celoteh yang disenangi.
    • Kata kerja. Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk menyebutkan nama dan benda disekitarnya, mereka  mulai mempelajari kata-kata baru khususnya yang melukiskan tindakan seperti ”beri”, ”ambil” atau ”pegang”.
    • Kata Sifat. Kata sifat muncul dalam kosakata anak yang berumur 1,5 tahun. Pada mulanya kata  sifat  yang  paling  umum  digunakan  adalah ”baik”, ”buruk”, ”bagus”, ”nakal”, ”panas” dan ”dingin”. Pada prinsipnya kata-kata tersebut digunakan pada orang, makanan dan minuman.
    • Kata keterangan. Kata keterangan digunakan pada umur yang sama untuk kata sifat. Kata keterangan yang muncul paling awal dalam kosakata anak, umumnya adalah ”disini” dan ”dimana”.
     
  2. Kosakata khusus terdiri dari Kosakata warna, Kosakata jumlah, Kosakata waktu, Kosakata uang, Kosakata ucapan populer, dan Kosakata sumpah.
    • Kosakata warna. Sebagian besar anak mengetahui nama warna dasar pada usia 4 tahun. Seberapa mereka akan mempelajari  nama  warna lainnya bergantung pada  kesempatan  belajar  dan  minat  mereka  tentang warna.
    • Kosakata jumlah. Dalam skala inteligensi Stanford-Binet, anak yang berusia 5 tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek dan diharapkan dapat menghitung 3 objek dan pada usia 6 tahun diharapkan cukup baik memahami kata ”tiga”, ”sembilan”, ”lima” untuk menghitung biji.
    • Kosakata waktu. Biasanya anak yang berusia 6 atau 7 tahun mengetahui arti pagi, siang, musim panas dan musim hujan.
    • Kosakata uang. Anak yang berumur 4 atau 5 tahun mulai menamai mata uang logam sesuai dengan ukuran dan warnanya.
    • Kosakata ucapan populer. Kebanyakan anak yang berusia 4 sampai 8 tahun khusunya anak lelaki menggunakan ucapan populer untuk mengungkapkan emosi dan kebersamaan dengan kelompok sebaya.
    • Kosakata sumpah. Sumpah, terutama oleh anak digunakan mulai pada usia sekolah untuk  menyatakan bahwa ia sudah besar, menyadari perasan rendah dirinya, menegaskan kejantanannya dan menarik perhatian.
  • Kata Serapan 
Kata serapan adalah kata yang di serap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penyusunannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan.Kata-kata yang berasal dari bahasa asing (Inggris, Arab, Sansekerta, Cina, dsb) atau dari bahasa daerah (Jawa, Sunda, Bali, Batak, dsb) disebut kata serapan.
Pengelompokan Kosakata Serapan
  1. Kosakata Pungutan dari Bahasa Daerah
    Dalam kenyataannya sekarang ini terdapat kosakata pungutan dari bahasa daerah/dialek, yaitu dari:
    • Bahasa Jawa
      Amblas                     =       hilang, lenyap, habis sama sekali
      Ampuh                     =       sakti
      Langka                     =       jarang ada
      Lugu                         =       polos, apa adanya
      Tuntas                      =       selesai
    • Bahasa Sunda
      Nyeri                        =       sakit karena pukul, luka, dan sebagainya
      Kagok                      =       canggung
      Mending                   =       mendingan, lumayan
      Meriang                    =       sakit
    • Bahasa Minangkabau
      Acuh                        =       peduli
      Cemooh                    =       ejekan, hinaan
      Gigih                        =       keras hati, tetap teguh pada pendirian
      Bertele-tele               =       melantur-lantur berkepanjangan
    • Dialek Jakarta
      Begadang                 =       berjaga (tidak tidur sampai larut malam)
      Ceroboh                   =       tidak cermat
      Genit                        =       bergaya-gaya
      Cakep                       =       elok, cantik
      Usut, mengusut        =       menyelidiki benar-benar
    • Bahasa Pelembang
      Santai                       =       dengan seenaknya (tidak serius)
      Bersantai-santai        =       melakukan sesuatu dengan santai
  2. Kosakata Serapan dari Bahasa Asing
    Kosakata dari bahasa asing terbagi atas 4 golongan, yaitu:
    • Adopsi
      Adopsi adalah pungutan secara utuh, tanpa perubahan atau penyesuaian.
      Contoh:
      1. Bahasa sansekerta : Agama, cita, wanita
      2. Bahasa Arab : akal, nasihat, rukun
      3. Bahasa persi : nahkoda, istana
      4. Bahasa tamil : mahligai, perisai
      5. Bahasa portugis : almari, meja
    • Adaptasi
      Adaptasi adalah pungutan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:
      • Aa menjadi a
        Contoh:       Octaaf             =        Oktaf
      • Ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e
        Contoh:       Aerobe            =        Aerob
      • Ae menjadi e jika bervariasi dengan e
        Contoh :      Crystal             =       Kristal
      • Ie tetap ie jika lafalnya bukan i
        Contoh:       Carrier             =        Karier
      • Kh (Arab) tetap kh
        Contoh:       Akhir              =        Akhir
        Contoh:       Haemoglobin   =        Hemoglobin
      • Ai tetap ai
        Contoh:       Trailer              =        Trailer
      • Au tetap au
        Contoh:       Audiogram      =        Audiogram
      • C di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k
        Contoh:       Cubic              =        Kubik
      • Ou, jika pelafalannya au, menjadi au
        Contoh:       Counter          =        Kaunter
      • Ou, jika pelafalannya u, menjadi u
        Contoh:       Coupon           =       Kupon.
    • Penerjemahan
      Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
      Contohnya :         Overlap = tumpangtindih
                                   Try out = uji coba
    • Kreasi
      Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
      Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
      Contoh :   Effective         =        berhasil guna
                       Spare parts     =        suku cadang.

  • Kata Pinjaman
Kata pinjaman ialah kata yang dipinjam dari satu bahasa lalu diterapkan dalam satu lagi bahasa. Sungguhpun demikian, istilah kata pinjaman tidak menyampaikan maknanya setepat-tepatnya, kerana kata yang dipinjam tidak dipulangkan kepada bahasa "peminjam". dalam hal ini Kata Pinjaman kurang lebih mirip dengan kata serapan adopsi dan adaptasi.
  • Imbuhan dalam Bahasa serapan

Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
  • a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
  • anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
  • bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
  • de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
  • eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
  • ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
  • hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
  • in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
  • infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
  • intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
  • inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
  • ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
  • kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
  • makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
  • mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
  • multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
  • neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
  • non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
  • Hubungan antar makna
1.SINONIM.
Dua kata atau lebih yang mempunyai persamaan arti atau hampir sama artinya.
contoh: abadi=kekal.
baik=bagus.
zaman=kala,waktu.
Caci=cela,dll.

2. ANTONIM.
Dua kata atau lebih yang mempunyai makna berlawanan.
Contoh: sakit >< sehat.
Jahat >< baik.
Rajin >< malas.dll.

3. HOMONIM.
Kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama tapi maknanya berbeda.
Contoh:
- bisa= dapat,
-bisa=racun.
dll.

4. HOMOGRAF.
Kata yang tulisanya sama,tetapi pelafalan dan makna berbeda.
Contoh:
1.APEL.
- Setiap hari senin ada apel di lapangan sekolah.
- aku lebih suka apel hijau daripada apel merah.dll.

5. HOMOFON.
kata yang pelafalan yang sama,tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh,
bank,bang.
-tolong setorkan uang ini di bank.
-saya pesan satu porsi,bang.

sangsi,sanksi
-pencuri itu mendapat sanksi yang setimpal.
-ibu sangsi bahwa aku bisa masak seperti beliau.

6. POLISEMI.
kata yang memiliki banyak makna.


Sumber : 1 2 3 4 5 6